Rabu, 21 Maret 2012

BAB II

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan

2.1.1. Definisi

Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saifudinn, 2009).

Kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0- 14 minggu), triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai 6 bulan (14-28 minggu), triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai ke-9 (28-40 minggu).(Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saifudinn, 2006).

2.1.2 Perubahan fisiologis pada saat kehamilan

Saat terjadinya kehamilan maka tubuh akan menyesuaikan diri guna menunjang perkembangan janin dalam rahim. Tidak hanya sistem genitalia wanita tetapi mencakup keseluruhan organ tubuh serta psikologis. Plasenta dalam perembangan mengeluarkan hormon somatomammotropin, estrogen dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada :

2.1.2.1 Uterus

Berat uterus naik dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan. Uterus membesar akibat hipotropi dan hipertropi otot-otot rahim. Pembuluh darah uterin dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan percabangannya. Pada kehamilan trimester tiga saat umur kehamilan 28 minggu fundus uteri terletak 3 jari di atas pusat ( 25cm ), umur kehamilan 32 minggu tinggi fundus uteri terletak pada pertengahan pusat dn prosessus xyphoideus ( 27cm ), umur kah kehamilan 40 minggu fundus turun kembali menjadi 3 jari dibawah prosessus xyphoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin turun dan masuk kedalam rongga panggul.

2.1.2.2 Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh hormon estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks).

2.1.2.3 Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16 minggu.

2.1.2.4 Payudara

a. Payudara menjadi lebih besar

b. Areola mammae mengalami hiperpigmentasi

c. Glandula Montgommery makin tampak

d. Puting susu makin menonjol

2.1.2.5 Sistem Vaskularisasi

Volume darah makin meningkat dimana jumlah serum darah lebih dari pertumbuhan sel darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sekitar 20-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim. Maka pada kehamilan trimester tiga sering ditemukan anemia fisiologi sehingga diperukan tablet penambah darah.

2.1.2.6 Sistem Pencernaan

Karena pengaruh hormon estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang menyebabkan antara lain :

a. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersaliva).

b. Daerah lambung terasa panas.

c. Terjadi mual dan pusing/ sakit kepala terutama pada pagi hari (morning sickness).

d. Muntah (emesis gravidarum).

e. Muntah berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (hiperemesis gravidarum).

f. Progesteron menimbulkan gerak peristaltik usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.

2.1.2.7 Traktus Urinarius

Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urine akan bertambah, pada kehamilan ureter membesar untuk dapat menampung banyaknya pembentukan urine. Pada trimester ketiga kepala janin yang mulai turun ke pintu baewah panggul dan karena uterus yang semakin membesar menekan kandung kemih yang menyebabkan keluhan sering buang air kecil.

2.1.2.8 Kulit

Pada kulit terjadi deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone. Hiperigmentasi ini biasanya terjadi pada dinding perut (linea dan striae gravidarum). Pipi (cloasma gravidarum), areola dan papilla mammae.

2.1.2.9 Berat Badan

Berat badan akan bertambah 6,5-16,5 kg selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg per minggu.

Pertambahan berat badan ini dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penambahan Berat Badan

No

Pertambahan berat badan pada kehamilan

Ukuran

1

Janin

3000-3500 g

2

Air Ketuban

1000 g

3

Plasenta

500-600 g

4

Rahim

1000 g

5

Penimbunan Lemak

1500 g

6

Air dan Garam

1500 g

7

Timbunan Protein

2000 g

( Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Manuaba, 2010 )

2.1.2.10 Sistem respirasi

Pada perubahan sistem respirasi tidak dipengaruhi oleh peningkatan hormon tetapi karena anatomi tubuh yang menyesuaikan dengan kehamilan. Pada usia kehamilan 32 minggu ke atas terkadang ibu hamil sering mengeluh nafasnya sesak. Hal ini terjadi karena usus-usus yang tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga paru-paru yang ada di rongga dada menjadi sesak. Selain itu, jantung harus bekerja keras memompa darah untuk persediaan darah dalam tubuh ibu hamil yang meningkat. Cara mengatasinya yaitu dengan posisi tidur miring kekiri dengan kaki kanan disangga dengan bantal dan posisi kepala lebih tinggi.

2.1.2.11 Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sikap badan pada kehamilan karena titik berat badan pindah ke depan yang disebabkan oleh perut yang semakin membesar pada umumnya akan menimbulkan keluhan terutama pada triwulan akhir. Hal ini terjadi karena punggung tertarik ke arah belakang dan melengkung, otot-otot rahim ikut tertarik sehingga menimbulkan nyeri. Cara menguranginya dengan memperhatikan posisi tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari. (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kb, Manuaba, 2010).

2.1.3 Perubahan – perubahan psikologis dalam kehamilan

Kesehatan serta keadaan umum ibu juga turut dipengaruhi oleh sikap atau penerimaan ibu terhadap keadaan hamilnya. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan janin dalam kehamilannya. Bila kehamilan yang diinginkan akan di sambut dengan sikap yang gembira, diiringi pola makan, perawatan tubuh dan upaya memeriksakan diri secara teratur dengan baik. Sedangkan bila kehamilannya tidak diinginkan maka kemungkinan akan disambut dengan sikap yang tidak mendukung seperti nafsu makan menurun, tidak mau memeriksakan diri secara teratur,bahkan kadang ibu juga sampai melakukan usaha – usaha untuk menggugurkan kandungan.

2.1.3 Tanda – Tanda Bahaya Pada Kehamilan trimester III :

2.1.3.1 Perdarahan pervaginam

Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak selalu disertai rasa nyeri, kemungkinan plasenta previa atau solusio plasenta.

2.1.3.2 Sakit kepala yang hebat lebih dari biasanya

Sakit kepla yang hebat dan penglihatan kabur dapat menyebabkan gejala kehamilan ini disertai preeklamsi.

2.1.3.3 Gangguan penglihatan

Masalah penglihatan yang bisa mengindikasikan kondisi yang mengancam jiwa ialah perubahan tiba-tiba dalam penglihatan, seperti kekaburan penglihatan atau melihat adanya bintik-bintik dihadapan mata. Perubahan-perubahan seperti ini bisa dibarengi dengan sakit kepala berat. Perubahan penglihatan yang tiba-tiba bisa merupakan pertanda adanya preeklamsia. Pada kasus ini lakukan pemeriksaan tekanan darah, protein urine, refleks dan edema.

2.1.3.4 Pembengkakan pada wajah atau tangan (edema anasarka)

Pembengkakan yang bisa mengindikasikan adanya masalah yang serius ialah bila pembengkakan tersebut berada di wjaah dan tangan, dan tidak mau hilang setelah istirahat, dan hal ini disertai dengan keluhan-keluhan fisik lainnya. hal ini bisa merupakan pertanda adanya anemia, kegagalan kardiak atau pre eklampsia.

2.1.3.5 Keluarnya air ketuban sebelum waktunya

KPD adalah apabila terjadi sebelum persalinan berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua factor tersebut juga karena adanyaa infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serrviks.

2.1.3.6 Nyeri abdomen (epigastrium)

Menunjukkan masalah yang mengancam jiwa, nyeri hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat, hal ini bisa berarti apendiksitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, iritasi uterus, solusio plasenta, dan infksi saluran kemih.

2.1.3.7 Gerakan janin berkurang

Ibu mulai merasakan gerakan janin mulai bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan ini lebih awal, bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat.(Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saifuddin, 2006 )

2.1.5 Ketidaknyamanan pada kehamilan

Menurut PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO selama kunjungan antenatal, ibu mungkin mengeluhkan bahwa ia mengalami ketidaknyamanan. Kebanyakan dari keluhan ini adalah ketidaknyamanan yang normal dan merupakan bagian dari perubahan yang terjadi pada tubuh ibu selama kehamilan. Adapun ketidaknyaman tersebut adalah sebagai berikut :

Trimester Tiga

2.1.5.1 Sakit pinggang

Kurvatur dari vertebra limbosacral yang meningkat saat uterus membesar, spasme otot karena tekanan pada syaraf, penambahan ukuran payudara, kadar mamae yang meningkat menyebabkan cartilage di dalam sendi-sendi besar menjadi lembek, keletihan, mekanisme tubuh yang kurang baik, yakni menempatkan beban tegangan pada paha pada waktu mengangkat barang dengan membungkuk dan bukan dengan berjongkok. (Biasanya terjadi pada trimester II dan III).

2.1.5.2 Varices

Karena kongesti vena bagian bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus yang hamil, kerapuhan jaringan elastis yang disebabkan oleh estrogen dan karena kecenderungan bawaan keluarga (Biasanya terjadi pada trimester II dan III).

2.1.5.3 Haemoroid

Pelebaran vena yang terjadi pada anus, haemoroid dapat membesar karena kehamilan dan karena penekanan kepala akibat terjadinya bendungan darah di dalam rongga panggul.

2.1.5.4 Oedema

Paling sering timbul pada kaki dan tungkai bawah, dapat di sebabkan karena tekanan dari rahim sehingga aliran dari cairan tubuh tidak lancar.

2.1.5.5 Sesak Nafas

Karena tekanan uteus yang membesar sehingga menekan diafragma. (Biasanya terjadi pada trimester II dan III).

2.1.5.6 Sering Buang Air Kecil

Disebabkan karena tertekannya kandung kemih oleh kepala bayi.

2.1.5.7 Keputihan

Keputihan dapat terjadi akibat ketidak seimbangan hormonal pada ibu hamil, apabila keputihan tidak di sertai dengan keluhan itu hal yang fisiologis.

2.1.6 Komplikasi yang mungkin terjadi pada masa kehamilan

Tenaga kesehatan ( Bidan ) harus cermat dalam hal deteksi komplikasi pada masa kehamilan, terutama akhir-akhir pada masa kehamilan yaitu pada trimester ketiga dimana sering terjadi komplikasi seperti : preeklampsi ringan, preeklampsi berat, eklampsia, persalinan prematur, KPD, perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, plasenta letak rendah.

2.2 Anetal Care (ANC)

2.2.1 Definisi.

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. (Ilmu kebidanan, Sarwono 2008)

2.2.2 Tujuan.

1. Tujuan Umum.

Mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

2. Tujuan Khusus.

a) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan dan nifas.

b) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas.

c) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.

d) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan kb Manuaba, 2010).

2.2.3 Kebijakan Program.

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan sedikitnya 4 kali selama kehamilan :

1) Satu kali pada triwulan pertama

Kunjungan 1 pada kehamilan 0-14 minggu, dilakukan untuk :

a) Penapisan dan pengobatan anemia.

b) Perencanaan persalinan.

c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya.

2) Satu kali pada triwulan kedua

Kunjungan II pada umur kehamilan 14-28 minggu, dilakukan untuk :

a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

b) Penapisan preeklampsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.

c) Mengulang perencanaan persalinan.

3) Dua kali pada teriwulan ketiga

Kunjungan III pada umur kehamilan 28-36 minggu, tujuannya sama seperti kegiatan kunjungan II.

Kunjungan IV pada umur kehamilan 36 minggu sampai lahir, dilakukan untuk :

a) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

c) Memantapkan rencana persalinan

d) Mengenali tanda-tanda persalinan (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saifuddin, 2009).

2.2.4 Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk 14 T, yaitu :

2.2.4.1 Timbangan dan Tinggi badan (T1).

Pengukuran tinggi badan dilakukan saat ibu datang pertama kali, apabila tingginya < 145 cm maka ibu mempunyai faktor resiko tidak bisa melahirkan secara normal karena diprediksikan mempunyai panggul yang sempit.

Kenaikan berat badan pada ibu hamil dalam satu minggu 0,5 kg dan dalam sebulan tidak boleh melebihi 2 kg, peningkatan berat badan normal selama kehamilan berkisar antara 6,5 – 16 kg.

2.2.4.2 Ukur tekanan darah (T2).

Hal ini untuk memantau apakah tekanan darah ibu normal atau tidak dan dilakukan pada setiap kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan karena kenaikan tekanan darah pada ibu hamil untuk tekanan sistolik tidak boleh melebihi 30 mmHg dan untuk tekanan diastolik tidak boleh melebihi 15 mmHg. Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg. Bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu di waspadai adanya preeklampsia.

2.2.4.3 Ukuran tinggi fundus uteri ( T3).

Mengukur tinggi fundus uteri untuk menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin serta taksiran berat badan janin.

2.2.4.4 Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4).

2.2.4.5 Pemberian imunisasi tetanus toksoid lengkap.

Imunisasi ini diberikan 2 kali selama kehamilan yang berguna untuk memberikan kekebalan pada janin melalui plasenta terhadap tetanus sampai umur 6 bulan setelah kelahiran.

Tabel 2.2 Imunisasi TT

Status

Jenis suntikan TT

Interval waktu

Lama perlindungan

Persentase perlindungan

T 0

Belum pernah mendapat suntikan TT

T 1

TT 1

3 tahun

80

T 2

TT2

4 minggu dari TT 1

5 tahun

95

T3

TT3

6 bulan dari TT2

10 tahun

99

T4

TT4

Minimal 1 tahun dari TT3

99

T5

TT5

3 tahun dari TT4

Seumur hidup

2.2.4.6 Pemeriksaan Hb.

2.2.4.7 Pemeriksaan VDRL.

2.2.4.8 Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara.

2.2.4.9 Pemeliharaan tingkat kebugaran/ senam ibu hamil.

2.2.4.10 Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Setiap ibu hamil yang datang biasanya dianamnesa terlebih dahulu untuk menentukan data subjektif dari ibu, selain itu bisa dilakukan dalam rangka persiapan rujukan. Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.

2.2.4.11 Pemeriksaan protein urine atas indikasi.

2.2.4.12 Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi.

2.2.4.13 Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok.

2.2.4.14Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria. (http://francichandra.wordpress.com/2010/04/07/antenatal-care/)

2.2.5 Konsep pemeriksaan Antenatal.

2.2.5.1 Anamnesa

Anamnesa sebagai pendahuluan dalam obstetric sangat penting karena akan mendapatkan gambaran khusus yang terdiri dari anamnesa tentang identitas, keluhan yang dirasakan saat ini, riwayat menstruasi, riwayat obstetrik, riwayat laktasi, riwayat keluarga berencana dan riwayat kesehatan.(Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kb, Manuaba, 2010)

2.2.5.2 Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan fisik umum

Memeriksa keadaan umum, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, berat badan, tinggi badan, lila dan hal lain yang dipandang perlu.

b) Pemeriksaan fisik khusus obstetri :

- Inspeksi (tinggi fundus uteri, keadaan dinding abdomen, gerak janin yang tampak).

- Palpasi (untuk menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak, presentasi, gerakan janin, kontraksi rahim).

- Auskultasi (bising usus, denyut jantung janin, gerak janin, dan hal lain yang terdengar).

- Perkusi (refleksi patella, tanda cairan bebas).

- Pemeriksaan dalam

2.2.5.3 Pemeriksaan psikologis (kejiwaan dalam menghadapi kehamilan).

2.2.5.4 Pemeriksaan laboratorium (tes kehamilan, darah lengkap, urin lengkap).

2.2.5.5 Diagnosis kehamilan

2.5.5.1 Kehamilan normal

a) Tanpa keluhan

b) Hasil pemeriksaan laboratorium baik

2.5.5.2 Kehamilan dengan resiko

a) Resiko tinggi/ sangat tinggi

b) Meragukan

c) Resiko rendah

2.2.5.6 Penatalaksanaan lebih lanjut

2.2.5.6.1 Pengobatan penyakit yang menyertai hamil

2.2.5.6.2 Pengobatan penyakit kehamilan

2.2.5.6.3 Menjadwalkan pemberian vaksin

2.2.5.6.4 Memberikan preparat menunjang kesehatan

2.2.5.6.5 Menjadwalkan pemeriksaan ulang (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kb, Manuaba, 2010).

2.2.6 Komplikasi yang bisa terjadi pada masa hamil.

Komplikasi yang bisa terjadi pada masa hamil pada trimester III antara lain:

a) Preeklamsi/ eklampsi : kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, proteinuria, oliguria, kejang atau koma, nyeri kepala/ epigastrium, penglihatan kabur, edema paru/ sianosis, gangguan kesadaran.

b) Ketuban pecah dini : serviks inkopempeten, ketegangan rahim berlebihan, kehamilan kembar, hidramnion, kelainan letak janin dalam rahim (letak sungsang, letak lintang), kemungkinan kesempitan panggul (perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, CPD), kelainan bawaan dari selaput ketuban.

c) Perdarahan yang disebabkan solusio plasenta : terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga, disertai dengan keluhan perut sakit/ tegang, perdarahan, janin asfiksia, gangguan pembekuaan darah, syok, dan gangguan ginjal.

d) Plasenta previa : perdarahan tanpa sakit dan sebab, perdarahan menimbulkan penyulit ibu dan janin, pemeriksaan khusus (belum masuk PAP, kelainan letak, teraba plasenta)

e) Pecahnya sinus marginalis : merupakan perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah persalinan, terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap dipikirkan kemungkinan perdarahan karena sinus marginalis yang pecah. (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kb, Manuaba, 2010).

2.2.7 Nasehat dalam kehamilan.

Keadaan kesehatan ibu baik saat menjelang maupun saat hamil sangat penting dipantau karena akan menentukan tumbuh kembang janin dalam kandungannya :

1) 2.2.7.1 Aktifitas fisik

Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang) istirahat minimal 15 menit setiap 2 jam. Jika berdiri sebaiknya sama saja dengan posisi tidak hamil yaitu berdiri dengan posisi tubuh lurus, dan pada saat duduk bagian belakang tubuh bersandar pada sandaran kursi dengan posisi tubuh lurus telapak kaki sebainya menyentuh lantai, ibu hamil sebaiknya tidak duduk terlalu lama, setiap 2 jam sekali ambil selang waktu minimal 15 menit untuk berjalan jalan sebentar.

Posisi tidur pada ibu hamil sebaiknya dengan posisi kepala agak tinggi dan jika hendak bangun dari tempat tidur sebaiknya hindari perubahan posisi secara tiba-tiba. Olah raga pun dapat dilakukan dari yang ringan sampai yang sedang seperti sepeda statis dan berenang.

2.2.7.2 Diet saat hamil dan laktasi

a) a) Meningkatkan tumbuh kembang janin dalam rahim.

b) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan menjelang persalinan.

c) Meningkatkan kemampuan penyembuhan trauma persalinan.

d) Persiapan memberi laktasi.

Adapun zat gizi yang di perlukan oleh ibu hamil diantaranya kebutuhan akan zat besi pada kehamilan 30 mg elemen zat besi dapat diberikan setiap hari yang bisa didapati pada kedelai, hati sapi, kacang almond, dll. Sedangkan asam faolat yang dibutuhkan ibu hamil setiap hari adalah 0,4 sampai 0,8 mg/hari yang bisa didapat pada ikan dan kerang-kerangan, daging, hati, telur, dll. Serta suplemen vitamin c di minum sebanyak 250 mg/hari bersama dengan makanan diantaranya bisa di dapati pada jambu biji, cabai hijau, berokoli matang. Strawberry, pepaya, jeruk, dll. Kalsium terdapat pada bayam, mentega, ikan salmon, dll. Protein terdapat pada daging sapi, ayam, tuna, telur, dll. Karbonhidrat terdapat pada roti, sereal, beras, dan pasta, aneka buah-buahan, serta susu.

2.2.7.3 Merokok

Sebaiknya wanita hamil tidak merokok karena dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Jelas bahwa bayi dari ibu-ibu yang perokok mempunyai berat badan lebih kecil.

2.2.7.4 Olah Raga

Pelaksanaan olahraga saat hamil mutlak dikurangi bila dijumpai sering mengalami keguguran, persalinan belum cukup bulan, hamil dengan perdarahan dan mengeluarkan cairan. Olah raga ringan baik sekali untuk wanita hamil. Dianjurkan setiap pagi berjalan-jalan dalam udara segar. Bila mungkin lakukan senam hamil.

2.2.7.5 Penggunaan obat-obatan dalam waktu hamil

Hampir semua obat yang diberikan pada wanita hamil dapat melalui uri dan mencapai janin. Beberapa diantaranya dapat mengganggu perkembangan janin. Karena itu perlu pengawasan dan pertimbangan dalam pemakaian obat-obatan.

2.2.7.6 Pakaian untuk wanita hamil

Pakaian hendaknya longgar, bersih, menyerap keringat, dan nyaman (tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut). Pakailah BH yang menyokong payudara dan jangan terlalu menekan payudara karena dapat mengganggu peredaran darah dalam payudara. Memakai sepatu, sandal hendaknya bertumit rendah, ringan dan nyaman digunakan.

2.2.7.7 Perawatan payudara

Perawatan payudara merupakan pekerjaan sederhana. Ibu dapat membersihkan puting susu dar kerak kolostrum yang mengering agar bersih, bila tertarik kedalam diusahakan agar menonjol dengan menarik puting susu keluar. Hal ini dilakukan setiap kali pada waktu mandi.

2.2.7.8 Senggama

Senggama tidak dihalangi kecuali bila ibu mempunyai riwayat sering abortus atau premature, pendarahan pervaginam. Bila tetap ingin melakukan senggama sebaiknya menggunakan kondom.

Pada minggu terakhir kehamilan senggama harus hati-hati, bila ketuban sudah pecah senggama dilarang, dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan kontraksi uterus.

2.2.7.9 Istirahat

Jadwal istirahat perlu diperhatikan dengan baik karena istirahat teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin.

2.2.7.10 Persiapan persalinan

Salah satu tujuan persiapan persalinan adalah meningkatkan kesehatan optimal menjelang persalinan. (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kb, Manuaba, 2010)

2.3 Persalinan.

2.3.1 Definisi.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir, sedangkan kelahiran merupakan proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Adapun persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 sampai 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 sampai 24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Asuhan kebidanan pada ibu bersalin, 2008)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18- 24 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin.( Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saifuddin 2009)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan,dan kb, Manuaba 2010)

2.3.2 Proses Terjadinya Persalinan.

Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan :

2.3.2.1 Teori Keregangan.

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat di mulai.

2.3.2.2 Teori penurunan progesteron.

Proses penuaan placenta terjadi mulai usia kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin. Akibatnya rahim mulai berkontraksi setelah mengalami penurunan progesteron.

2.3.2.3 Teori oksitosin internal.

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering.terjadi konstraksi Brockton hicks. Menurunya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.

2.3.2.4 Teori prostaglandin.

2.3.2.4.1 Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikelurkan oleh desidua.

2.3.2.4.2 Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan desidua.

2.3.2.4.3 Prostaglandin dapat merupakan pemicu terjadi persalinan. (Perawatan ibu bersalin, Fitramaya, 2009).

2.3.3. Tanda dan Gejala.

2.3.3.1. Menjelang minggu ke 36, pada primigravida terjadi penurunan Fundus uteri karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul yang di sebabkan oleh kontraksi, ketegangan dinding perut ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya berat janin sehingga kepala kearah bawah. Masuknya kepala janin kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil dengan terasa ringan dibagian atas (rasa sesak mulai berkurang), terjadi kesulitan saat berjalan, sering kencing. Gambaran penurunan bagian terendah janin tersebut sangat jelas pada primigravida, sedangkan pada multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk atas panggul menjelang persalinan.

2.3.3.2 Terjadinya his permulaan. Pada saat hamil mida sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini dapat dikemukan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi ini dapat dikemukan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan menggangu. Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua kehamilan, maka pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu. (Perawatan ibu bersalin, Fitramaya 2009)

2.3.4 Faktor- faktor penting dalam persalinan.

2.3.4.1 Power (kekuatan).

2.3.4.1.1 His (kontraksi otot rahim).

2.3.4.1.2 Otot uterus selama penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan.

2.3.4.2 Passage (Jalan lahir).

2.3.4.2.1 Jalan lahir yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum/ promotorium, dan os coccygeus).

2.3.4.2.2 Bagian lunak panggul bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks, uteri, vagina, muskulus dan ligementum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.

2.3.4.3 Passeger (Janin dan Plasenta).

2.3.4.4 Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

2.3.4.5 Psikologi ibu.

2.3.4.5.1 Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada diri atau yang disampaikan.

2.3.4.5.2 Wanita bersalin biasanya akan mngutarakan kekhawatiran jika ditanya.

2.3.4.5.3 Perilaku dan penampilan wanita serta pasangannya merupakan petujuk berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya.

2.3.4.5.4 Membantu wanita beroatisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir persalinannya.

2.3.4.5.5 Mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi kecemasan pasien. (Perawatan ibu bersalin, Fitramaya 2009)

2.3.5 Proses Persalinan.

Perubahan yang terjadi pada setiap kala persalinan secara fisik dan psikis yaitu:

2.3.5.1 Kala I (kala pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir darah karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Kala I dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm) lamanya kala I untuk primigravida berlangsung sekitar 12 jam, sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam berdasarkan kurva friedman diperkirakan pembukaan untuk primigravida 1 cm/jam dan pembukaan untuk multigravida 2 cm/jam.

Kala pembukaan dibagi dua fase :

1) Fase laten : pembukaan serviks sampai ukuran 3 cm, berlangsung sekitar 7-8 jam.

2) Fase aktif : berlangsung sekitar 6 jam, dibagi atas 3 sub fase :

a) Periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan dari 3 cm sampai dengan pembukaan 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal selama 2 jam, pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm sampai dengan pembukaan 9 cm.

c) Periode deselerasi berlangsung lambat, selama 2 jam pembukaan dari 9 cm sampai dengan 10 cm atau lengkap.

Peristiwa penting pada persalinan kala I :

1) Keluarnya lendir atau darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mucus yang selama kehamilan menumpuk di kanalis akibat terbukanya vascular kapiler serviks dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.

2) Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.

3) Selaput ketuban pecah spontan

2.3.5.2 Kala II (kala pengeluaran janin)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Pada kali ini his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah masuk ke rungan panggul sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin mengejan karena tekanan pada rectum., ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus membuka pada saat his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka perineum menegang. Dengan kekuatan his dan mengejan lebih, dapat mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala berada di vulva, maka lahirlah berturut – turut, dimulai dari UUB, dahi, mata, hidung, mulut dan muka keluar seluruhnya, diikuti oleh putaran faksi luar yaitu penyesuaian kepala dengan panggul ibu. Setelah itu sisa air ketuban, lamanya kala II untuk primigravida + 120 menit dan multigravida + 60 menit.

Peristiwa penting pada persalinan kala II :

1) Bagian terbawah janin (pada persalinan normal kepala) turun sampai dasar panggul.

2) Ibu timbul perasaan/reflek ingin mengejan yang semakin berat.

3) Perineum meregang dan anus membuka.

4) Kepala dilahirkan lebih dahulu dengan suboksiput di bawah simphysis selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.

5) Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk membesar jalan lahir (episiotomi).

2.3.5.3 Kala III (kala pengeluaran uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Pelepasan plasenta terjadi karena pelekatan plasenta di dinding uterus bersifat adhesi sehingga pada saat konteraksi mudah lepas dan berdarah. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda yaitu uterus menjadi globuler dan terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang dan terjadi pengeluaran darah mendadak (teori Duncan). Lepasnya plasenta dari insersinya mungkin dari senteral ditandai dengan pendarahan baru atau dari tepi /marginal jika tidak disertai pendarahan atau mungkin juga serempak sentral dan marginal dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta lepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas symphisis. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc.

Waktu yang paling kritis untuk mencegah pendarahan post partum adalah ketika plasenta lahir dan segera setelah itu. Ketika plasenta atau sepenuhnya terlepas ketika tidak keluar, maka pendarahan terjadi dibelakang plasenta sehingga uterus tidak dapat sepenuhnya berkontraksi karena plasenta masih didalam. Kontraksi pada otot uterus merupakan mekanisme fisiologi yang menghentikan pendarahan.

Manajemen aktif pada kala III persalinan merupakan cara mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau mengurangi pendarahan post partum.

Manajemen aktif kala III terdiri dari :

1) Memberikan oksitosin 10 unit IM dapat merangsang uterus berkontraksi juga mempercepat pelepasan plasenta. Menjepit dan menggunting tali pusat sedini mungkin. Dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai proses pelepasan plasenta.

2) .Oksitosin 10 unit IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta masih belum lahir dan apabila oksitosin tidak tersedia, rangsangan puting payudara ibu dan pemberian ASI pada bayi dapat menghasilkan oksitosin alami.

3) Melakukan perengangan tali pusat terkendali (PTT) dilakukan saat uterus berkontraksi. Hal ini dapat di ulangi sampai plasenta terlepas.

4) Massase fundus selama 15 kali 15 detik segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah pendarahan post partum.

2.3.5.4 Kala IV (kala pengawasan 2 jam post partum) :

` Kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk mangamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya pendarahan post partum. Masa post partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian, terutama kematian yang disebabkan karena pendarahan. Selama kala petugas harus memantau setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada satu jam kedua setelah persalinan. (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saefuddin, 2009).

Hal penting yang harus diperhatikan pada kala IV :

1. Kontraksi uterus harus baik

2. Tidak ada pendarahan pervaginam atau dari alat genital lainnya.

3. Pengeluaran lokhea

4. Tidak ada sisa plasenta dan selaput ketuban

5. Kandung kemih harus kosong.

6. Luka-luka diperineum harus dirawat dan tidak ada hematoma.

7.Pantau keadaan umum bayi

8. Pantau keadaan umum ibu

2.3.5.5 Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan

Tabel 2.3 Penurunan kepala janin

PERIKSA LUAR

PERIKSA DALAM

KETERANGAN

= 5/5

Kepala di atas PAP, mudah di gerakan

= 4/5

H I – II

Sulit di gerakan, bagian terbesar kepala belum masuk panggul

= 3/5

H II – III

Bagian terbesar kepala belum masuk panggul

= 2/5

H III +

Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul

= 1/5

H III – IV

Kepala di dasar panggul

= 0/5

H IV

Di perenium

(Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2006)

2.3.6 Pengawasan persalinan dengan partograf.

2.3.6.1 Definisi.

Catatan grafik kemajuan persalinan guna memantau keadaan ibu dan janin, dipakai untuk menemukan adanya persalinan abnormal. (Asuhan Persalinan normal, 2008).

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan. Patograf memberi peringatan kepada petugas kesehatan bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk.

2.3.6.2 Tujuan penggunan partograf.

1. Untuk mengobservasi dan mencatat kemajuan persalinan

dengan memeriksa pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam.

2. Membantu petugas kesehatan untuk mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal atau tidak.

3. Jika persalinan berjalan abnormal yang menjadi petunjuk untuk melakukan suatu intervensi yang diperlukan. (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saefuddin, 2009).

2.3.6.3 Komponen-komponen.

2.3.6.3.1 Kemajuan persalinan.

1) Pembuka serviks.

- Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan berlangsung tidak lebih dari 8 jam.

- Pada persalinan yang berlangsung normal, catatan pembukaan serviks umunya tidak akan melewati garis waspada.

- Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (X).

2) Penurunan kepala janin

- Pemeriksaan penurunan kepala janin membantu menentukan kemajuan persalinan.

- Penurunan kepala janin diperiksa dari perut ibu dalam perlimaan yang masih teraba diatas symphisis pubis.

- Dicatat dengan tanda lingkaran kecil (O) pada kolom waktu yang sesuai.

3) His

- His diamati menurut frekuensi, lamanya, kekuatan dan relaksasi setiap jam selama fase laten dan setiap 30 menit selama fase aktif.

- Nilai frekuensi dan lamanya his selama 10 menit.

- Nyatakan lamanya his dengan titik-titik pada kotak apabila lamanya his kurang dari 20 detik, garis miring/arsiran apabila lamanya his 20-40 detik dan dihitamkan penuh apabila lama his lebih dari 40 detik.

< 20 detik, titik-titik

20-40 detik, garis miring/arsiran

> 40 detik, dihitamkan penuh

- Satu kotak menggambarkan 30 menit. Catat dan kolom waktu yang sesuai.

2.3.6.3.2 Keadaan janin

1) Denyut jantung

- Dengarkan denyut jantung janin segera setelah puncak his dilalui ibu.

- Denyut jantung janin normal bersikar antara 100-180x/menit.

- Dengarkan denyut jantung janin selama 1 menit setiap 30 menit sekali dan tandai dengan titik besar () pada kolom wakyu yang sesuai.

2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai adanya ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Dicatat dengan kode :

U= Ketuban utuh (belum pecah)

J = Ketuban sedah pecah, air ketuban jernih

M= Ketuban sudah pecah, air ketuban bercampur mekonium

D= Ketuban sudah pecah, air ketuban bercampur darah.

K= Ketuban sudah pecah dan tidak ada air. Ketuban/kering.

3) Moulage (penyusunan tulang kepala janin)

Merupakan indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih menimbulkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul nilai penyusunan kepala janin kesetiap kali melakukan pemeriksaan dalam ditandai dengan:

0 = Sutura terpisah

1 = Sutura hanya saling bersentuhan

2 =Sutura saling tumbuh tindih tetapi masih dapat dipisahkan

3 = Sutura tumpah tindih dan tidak dapat dipisahkan.

2.3.6.3.3 Keadaan ibu

1) Nadi, tekana darah dan suhu

- Nadi : dicatat setiap 30 menit dan ditandai dengan sebuah titik besar (●).

- Tekanan darah : dicata setiap 4 jam dan ditandai dengan ().

- Suhu : dicatat setiap 2 jam.

2) Urin : volume, perotein dan aseton

- Ukur dan catat jumlah produk urin sedikitnya setiap 2 jam atau setiap ibu berkemih.

- Jika memungkinkan lakukan pemeriksaan adanya aseton dan perotein dalam urin.

3) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

- Jika memakai oksitosin, dukumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan, volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.

- Catat sesuai pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya. (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatus, Saefuddin 2009).

2.3.7 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal

1) Mangamati tanda dan gejala persalinan kala II :

- His semakin kuat dan sering saat mendekati persalinan.

- Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

- Adanya tekanan pada anus.

- Perineum terlihat menonjol.

- Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

Melakuakan informed concent

Menjelaskan kepada pasien tindakan medik secara lengkap dan objektif yang akan di lakukan oleh bidan, dengan demikian akan adanya persetujuan dari pasien terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya. ( Pelayanan kesehatan neonatal dan maternal, Saefuddin, 2006)

Meyiapkan pertolongan persalinan.

2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi siapkan tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak di atas tubuh bayi.

- Meletakkan kain atau handuk diatas perut ibu dan tempatresusitasi serta ganjal bahu bayi.

- Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, kaca mata, penutup kepala, masker dan sepatu bot (APD).

4) Melepas semua perhiasan yang dipakai. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk sekali pakai atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5) Memakai sarung tangan steril pada tangan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6) Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dengan memakai sarung tangan steril dan meletakan kembali di partus set atau wadah DTT tanpa mengkontaminansi tabung suntik.

Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT.

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah sedangkan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan amniotomi.

9) Mendekotaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dengan keadaan terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit mencuci kedua tangan secara efektif.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit).

- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainya pada partograf.

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

- Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikannya.

- Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran pada saat ada his. Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

- Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

- Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

- Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)

- Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

- Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

- Memberikan asupan cairan peroral kepada ibu.

- Menilai DJJ setiap 5 menit.

- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primipara atau 60 menit (1 jam) untuk multipara, segera merujuk ibu.

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran :

- Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman pada puncak-puncak kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi setelah 60 menit meneran. Segera merujuk ibu.

Persiapan pertolongan kelahiran bayi.

14) Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

15) Meletakkan kain bersih yang dilipat1/3 bagian dibawah bokong ibu.

16) Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat-alat dan bahan.

17) Memakai sarung tangan DTT dan steril pada kedua tangan.

Menolong kelahiran bayi

Lahirnya kepala :

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan kanan yang dilapisi kain bersih dan kering yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi, lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pengeluaran kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal.

19) Setelah kepala bayi lahir, minta ibu berhenti meneran dan bernafas cepat. Lalu memeriksa lilitan tali pusat dengan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan proses kelahiran bayi :

- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, klem tali pusat didua tempat lalu memotongnya dengan melindungi kepala bayi.

20) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar segera spontan.

Lahirnya bahu :

21) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala bayi kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kepala bayi kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai :

22) Setelah kedua bahu lahir, menelusurkan tangan dan kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum, tangan membiarkan bahu dengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan bagian atas untuk mengendalikan siku dan lengan anterior bayi saat keduanya lahir.

23) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas dari punggung kearah bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jarinya).

Penanganan bayi baru lahir

24) Menilai segera bayi baru lahir dengan melihat bayi segera menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, gerakan aktif dan melihat jenis kelamin ( jika dalam penilaian terdapat jawaban tidak dari 5 pertanyaan, maka lakukan langkah awal resusitasi). Kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya .

25) Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan seluruh tubuh kecuali telapak tangan. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang bersih dan kering. Biarkan bayi tetap diatas perut ibu.

Penatalaksanaan aktif persalinan kala III

Pemberian Oksitosin

26) Melakukan palpasi abdomen (TFU sepusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong) untuk memastikan ada tidaknya janin kedua dalam uterus (hamil tunggal).

27) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik.

28) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit secara IM pada 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

29) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem kedua 2 cm dari klem pertama.

30) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

- Pegang tali pusat yang telah dijepit dengan satu tangan (lindungi perut bayi dari gunting), dan lakukan pemotongan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

- Ikat tali pusat dengan benang steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disiapkan.

31) Meletakkan bayi diatas perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada ibu atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

32) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya kemudian melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini).

Peregangan tali terkendali

33) Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.

34) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan mengunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

35) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan peregangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, menghentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

- Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

Mengeluarkan plasenta

36) Setelah plasenta terlepas meminta ibu untuk meneran, bersamaan dengan itu menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke arah atas mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan peregangan tali pusat selama 15 menit:

- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

- Memeriksa kandungan kemih dan mengkaterisasikan kandung kemih dengan menggunakan tehnik aseptik jika perlu.

- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

- Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

37) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan kedua tangan dan hati-hati memutar plasenta hingga selaput plasenta terpilih dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput tersebut.

- Jika selaput plasenta robek, memakai sarung tangan steril yang panjang memeriksa vagina dan serviks dengan seksama menggunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk melepaskan bagian selaput yang tertingal.

Pemijatan uterus

38) Segera setelah plasenta dan selaput plasenta lahir, melakukan masase uterus. Meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai pendarahan

39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput plasenta untuk memastikan bahwa selaput plasenta lengkap dan untuh.

- Meletakan plasenta didalam kantong plastik atau tempat khusus.

- Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik, mengambil tindakan yang sesuai.

40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum. Segera menjahit laserasi yang mengalami pendarahan aktif.

Melakukan prosedur pasca persalinan

41) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi pendarahan pervaginam.

42) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ked ala larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

43) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu paling sedikit 1 jam.

- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

- Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

44) Setelah satu jam, lakukan pmeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan dan vitamin K1 1 mg intramuskular dip aha kiri anterolateral.

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. Lalu letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.

46) Menyelimuti kembali bayi dan menutup bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering.

Evaluasi

47) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

- Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan.

- Setiap 20-30 menit pada satu jam kedua pasca persalinan.

- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk penata laksanaan atonia uterus.

- Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengna anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

48) Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

49) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

50) Memeriksa tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu), tingggi fundus, kandung kemih, kontraksi dan perdarahan

setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

51) Memeriksa kembali bayi dan memantau setiap 15 menit untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 °C).

- Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi diresusitasi dan segera merujuk ke Rumah Sakit.

- Jika bayi bernafas terlalu cepat, segera rujuk.

- Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi ke ibunya untuk dilakukan kulit ke kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dalam satu selimut.

Kebersihan dan keamanan

52) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai.

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

54) Memastikan bahwa ibu merasa nyaman, membatu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan makan yang diinginkannya.

55) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% dan membilasnya dengan air bersih.

56) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0.5%, membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57) Mencuci kedua tangan dengan sabun pada air mengalir dan mengeringkan tangan dengan kain atau handuk bersih dan kering.

Dokumentasi

58) Melengkapi catatan perkembangan selama persalinan, laporan persalinan dan partograf (halaman depan dan belakang) (Asuhan Persalinan Normal,2008)

2.4 NIFAS

2.4.1 Definisi

Masa nifas (puerperium ) adalah masa setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira- kira 6 minggu. (Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas Salemba Medika, 2009)

2.4.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

2.4.2.1 Menjaga kesehatan ibu dan bayi,baik fisik maupun psikolog

2.4.2.2 Melaksanakan skirining yang komperehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

2.4.2.3 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sakit.(Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saefuddin,2009)

2.4.3 Program dan kebijakan teknis

Paling sedikit 4 kali kunjunganmasa nifas di lakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir untuk mencegah,mendeteksi, serta menangani masalah-maslah yang terjadi.

2.4.3.1 6-8 jam postpartum, tujuannya :

1. Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan dan merujuk bila pendarahan berlanjur.

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu amggota keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri.

4. Pemberian ASI awal

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2.4.3.2 6 hari masa nifas, tujuannya :

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah ubilikus, tidak ada pendarahan abnormal, lochea tidak bau.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau pendarahan abnormal.

3. Memastikan ibu dapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyakit.

5. Memberikan konseling ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

2.4.3.3 2 minggu masa nifas

Tujuan sama dengan kunjungan 6 hari setelah post partum.

2.4.3.4 6 minggu masa nifas, tujuannya :

1. Menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu atau bayi.

2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.( Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saefuddin, 2009)

2.4.4 Tahap Masa Nifas

2.4.4.1 Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

2.4.4.2 Periode early postpartum ( 24 jam- 1 minggu )

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

2.4.4.3 Periode late postpartum ( 1 minggu- 5 minggu )

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. (Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Salemba Medika, 2009)

2.4.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas

2.4.5.1 Perubahan system reproduksi

Selama masa nifas alat- alat internal maupun eksternal berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi pada masa terjadi perubahan penting lainnya, perubahan – perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut :

Table 2.4 perubahan pada system reproduksi

Involusi

Tinggi fundus

Berat uterus

Bayi Lahir

Sepusat

1000 gram

Placenta lahir

2 jari bawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat symphisis

500 gram

2 minggu

Tidak teraba diatas symphisis

350 gram

6 minggu

Sebesar hamil 2 minggu

50 gram

8 minggu

Normal

30 gram

(Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Salemba Medika, 2009)

2.4.5.2 Perubahan pada serviks

Segera setelah postpartum serviks menjadi agak lembek, kendur dan terkulai, serviks tersebut dapat melumpuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat lebih padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubabg serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat 4 minggu postpartum.

2.4.6 Perubahan lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi 3 jenis, yaitu : lochea rubra, sangulenta, dan lochea serosa atau alba.

Berikut ini adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada wanita pada masa nifas:

2.4.6.1 Lochea rubra (cruenta ) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, set- set desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama 2-3 hari postpartum.

2.4.6.2 Lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ketiga sampai hari ketujuh pascapersalinan.

2.4.6.3 Lochea serosa adalah lokia berikutnya. Di mulai dengan versi yang lebih pucat dari lochea rubra. Lochea ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7 sampai ke 14 pascapersalinan. Lochea alba mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.

2.4.6.4 Lochea alba adalah lochea yang terakhir. Dimulai dari hari ke 14 kemudian makin lamam makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 minggu atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim seperti atas leukosit dan sel- sel desidua.

2.4.6.5 Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah pada hari ke 7- 14 pasca persalinan.

2.4.6.6 Lochea statis : lokia tidak lancer keluarnya.

Lochea mempunyai bau khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lochea serosa, bau ini juga akan semakin lebih kerasa jika bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi. Lochea dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam- jam pertama setelah melahirkan. Kemudian lochea ini akan berkurang menjadi sanguenta, serosa, dan akhirnya lochea alba. Hal yang biasanya ditemui pada seorang wanita adalah adanya jumlah lochea yang sedikit pada saat ia berbaring dan jumlahnya meningkat pada saat ia berdiri. Jumlah rata- rata pengeluaran lochea adalah kira- kira 240- 270 ml. (Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Salemba Medika, 2009)

2.4.7 Perubahan psikologis pada masa nifas

1. Perubahan mood seperti sering menangis

2. Lekas marah

3. Sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang labil.

2.4.7.1 Postpartum blues

Melahirkan adalah sebuah karunia tersebesar bagi wanita yang dan moment yang sangat membahagiakan, tapi kadang harus menemui kenyataan bahwa tak menganggap semua seperti itu karena ada juga wanita yang mengalami depresi setala melahirkan. Banyak orang menganggap bahwa kehamilan adalah kodrati yang harus dilalui dan peristiwa alamiah yang wajar tapi bagi wanita yang mengalami hal tersebut dapat menjadi episode yang dramatis dan traumatis yang sangat menentukan kehidupannya dimasa dating. Hal ini menyebabkan ibu mengalami stress diiringi sedih dan takut sehingga mempengaruhi emosi dan sensivitas ibu pasca melahirkan gejala- gejala adalah sebagai berikut :

1. Reaksi depresi/ sedih/ disforia

2. Sering menangis

3. Mudah tersinggung

4. Cemas

5. Labilitas perasaan

6. Cenderung menyalahkan diri sendiri

7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan

8. Kelelehan

9. Mudah menangis cepat marah

10. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula genbira

11. Perasaan terjebak, marah kepada pasang dan bayinya

12. Perasaan bersalah

13. Sangat pelupa

2.4.7.2 Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain,focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

2.4.7.3 Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitive, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

2.4.7.4 Taking go period

Dialami setelah tiba ibu dan bayi di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “ seseorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya. (Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Salemba medika, 2009)

2.4.8 Perawatan Pada Masa Nifas

2.4.8.1 Diagnosis

Masa normal jika involusi uterus, pengeluaran lokia dan pengeluaran ASI serta perubahan system tubuh termasuk keadaan psikologis.

2.4.8.1.1 Keadaan gawat darurat pada ibu seperti perdarahan, kejang, dan panas.

2.4.8.1.2 Adanya penyulit atau masalah ibu yang memerlukan rujukan seperti abses payudara.

2.4.8.2 Kebersihan diri

2.4.8.2.1 Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.

2.4.8.2.2 Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali buang air kecil atau besar

2.4.8.2.3 Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat di gunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.

2.4.8.2.4 Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

2.4.8.3 Istirahat

2.4.8.3.1 Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

2.4.8.3.2 Menyarankan untuk kembali ke kegiatan- kegiatan rumah tangga biasa perlahan- lahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

2.4.8.3.3 Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b. Memperlambat prose involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

c. Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

2.4.8.4. Latihan

2.4.8.4.1 Diskusikan pentingnya menegbalikan otot- otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

2.4.8.4.2 Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari saat membantu, seperti :

a. Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada.

b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul.

2.4.8.5 Gizi

Ibu menyusui harus :

2.4.8.5.1 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2.4.8.5.2 Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup.

2.4.8.5.3 Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)

2.4.8.5.4 Pil zat besi harus diminum untuk menambahkan zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.

2.4.8.5.5 Minum kapsul vitamin A ( 200.000 unit ) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.

2.4.8.6 Perawatan payudara

2.4.8.6.1 Menjaga payudara tetap bersih dan kering

2.4.8.6.2 Menggunakan BH yang menyokong payudara

2.4.8.6.3 Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selsai menyusui.

2.4.8.6.4 Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam

2.4.8.6.5 Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paresetamol 1 tablet setiap 4- 6 jam

2.4.8.6.6 Apabila payudara membengkak akibat pembendungan ASI dilakukan:

a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.

b. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju putting.

c. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.

d. Susukan bayi setiap 2-3 jam.

e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

2.4.8.7 Hubungan perkawinan/ rumah tangga.

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu memasukan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap, banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.

2.4.8.8 Keluarga berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang- kurangnya 2 tahun sebelum ibu, hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya dengan mengajarkan pada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.(Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saifudin 2008)

2.4.9 Tanda bahaya masa nifas

1. Tampak sakit dan lemah.

2. Temperature meningkat > 39 ̊C.

3. Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.

4. Pernapasan dapat meningkat dan terasa sesak.

5. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.

6. Terjadi gangguan involusi uterus.

7. Lochea berbau dan mengeluarkan pus serta kotor.

8. Infeksi masa nifas

a. Tromboflebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari kematian infeksi puerperalis.

Radang vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan infeksi vena- vena golongan 2 disebut troboflebitis femoralis.

- Tromboflebitis pelvis adalah vena ovarika karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis pada vena ovarika kiri adalah vena renalis dan vena ovarika kanan ke vena kava inferior.

Penanganan : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonum.

- Troboflebitis femoralis, dapat menjadi tromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Troboflebitis vena femoralis mungkin menjadi karena aliran darah lambat di daerah lipatan paha karena vena tersebut yang tertekan oleh ligamentum inguinale, juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen meningkat.

Penanganan : kaki ditinggikan untuk mengurangi edema , lakukan kompres pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut menggunakan kaos kaki panjang yang elastic selama mungkin.(Asuhan kebidanan pada masa nifas,Salemba medika, 2009)

2.5 Bayi Baru Lahir

2.4.1 Definisi

Bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran 2500- 4000 gram dalam masa kehamilan 37- 42 minggu, bayi lahir baru dengan umur 0- 7 hari disebut neonatal dini, sedangkan 8- 28 hari di sebut neonatal lanjutan (Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, Muslihatun Nur Wafi, 2010)

2.4.2 Penanganan Bayi Baru Lahir

2.4.2.1 Membersihkan jalan napas

Membersihkan jalan napas sangat penting bagi bayi baru lahir, sehingga upaya bayi bernapas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir (masukan lendir ke paru-paru). Bersihkan mulut kemudian hidung bayi dengan kassa steril segera setelah bayi lahir, bila perlu dengan penghisap lendir delee atau alat penghisap lendir lainya yang steril.

Tabel 2.5 Menilai Bayi dengan APGAR

Yang Dinilai

Nilai

0

1

2

A : Apearance Colour (Warna kulit)

Pucat / biru

Badan merah / ekstremitas pucat

Seluruh tubuh kemerahan

P : Pulse (nadi)

Tidak ada

< 100 x/menit

> 100 x/menit

G : Grimace (Reaksi rangsangan)

Tidak ada

Meringis

Menagis

A : Activity ( Tonus otot)

Lemas

Refleks lemah

Refleks baik

R : Respiration (permapasan)

Tidak ada

Lemah, menangis lemah

Menangis kuat

Jumlah

Penilaian APGAR dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua.

Klasifikasi Klinik :

- Nilai 7-10 = Normal

- Nilai 4-6 = Asfiksia ringan/sedang

- Nilai 0-3 = Asfiksia berat (Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan kb, Manuaba, 2010).

2.4.2.2 Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau setelah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi yang kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat langsung dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat terjadi dibuat ikatan baru. Pembalut tersebut diganti setiap hari atau setiap hari atau setiap tali pusat basah/ kotor.

2.4.2.3 Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi lahir bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuat tetap hangat. Bayi baru lahir dibungkus hangat, suhu bayi merupakan tolak ukur akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil. Suhu bayi harus dicatat.

2.4.2.4 Memberikan vitamin K

Kejadian perdarahan terjadi karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25- 0,5%. Untuk mencegah perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberikan vitamin K per oral 1 mg/ hari selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi vitamin K parenatal dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.

2.4.2.5 Memberikan obat tetes/ salep mata

Di beberapa Negara perawatan mata bayi secara hukum di haruskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonaturum. Di daerah prevalensia gonorrhea tinggi setelah bayi baru lahir perlu di beri salep mata segera setelah bayi lahir. Pemberian salep mata eritromisin 0,5% atau tetraciklin 1 % di anjurkan untuk mencegah penyakit mata karena Chlamydia ( penyakit menular seksual ).

2.4.2.6 Identifikasi bayi

Apabila bayi baru lahir di rumah sakit atau RB yang jumlah persalinannya lebih dari satu maka alat pengenal harus di berikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai bayi di pulangkan.

2.4.2.7 Pemantauan bayi baru lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan. Bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

Yang perlu di pantau pada bayi baru lahir, antara lain :

1. Kemampuan menghisap

2. Suhu badan dan lingkungan

3. Tanda- tanda vital

4. Berat badan

5. Mandi dan perawatan kulit

6. Pakaian

7. Perawatan tali pusat (Pelayanan kesehatan maternal dan neonates, Saifuddin, 2009)

2.4.3 Yang Perlu Diperhatikan Pada Bayi Baru Lahir

2.4.3.1 Kesedaran dan reaksi terhadap sekeliling

2.4.3.2 Keaktifan melakukan gerakan tangan dan kaki

2.4.3.3 Kepala : apakah simetris, ada caput atau cepal hematom, ukur lingkaran kepala

2.4.3.4 Muka : apakah wajah bayi tanpa ekspresi

2.4.3.5 Mata : perhatikan tanda- tanda bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu

2.4.3.6 Mulut : adakah hipersalivasi, bila terdapat secret yang berlebihan kemungkinan ada kelainan bawaan saluran pencernaan.

2.4.3.7 Leher, dada, abdomen : adakah cedera akibat persalinan. Ukur lingkar perut

2.4.3.8 Punggung : adakah benjolan/ tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang kurang sempurna

2.4.3.9 Ekstremitas perlu di perhatikan bentuk dan gerakanya, adakah fraktur

2.4.3.10 Kulit dan kuku dalam keadaan normal berwatna kemerahan

2.4.3.11 Kelancaran menghisap dan pencernaan

2.4.3.12 Tinja dan kemih di harapkan keluar dalam 24 jam pertama

2.4.3.13 Refleks :

1. Rooting reflex ( bayi menoleh kea rah benda yang menyentuh pipi)

2. Reflek hisap (apabila terdapat benda yang menyenuh bibir dan di sertai reflek menelan)

3 Reflek morro (timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba- tiba di gerakkan

4 Reflek mengeluarkan lidah terjadi apabila benda di letakkan didalam mulut, yang sering di tafsirkan bayi menolak makanan atau minum, berat badan sebaiknya setiap hari di pantau. Penurunan berat badan lebih dari 5 % berat badan saat lahir menunjukan kekurangan cairan (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saifuddin, 2009)

2.4.4 Pemantauan Bayi Baru Lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah unutk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan. Bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

2.4.4.1 Waktu yang penting memantau bayi adalah hal- hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi :

1. Kemampuan menghisap kuat atau lemah

2. Bayi tampak aktif atau lunglai

3. Bayi kemerahan atau biru

2.4.4.2 Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi.

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindakan lanjut meliputi :

1. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan.

2. Gangguan pernapasan

3. Hipotermi

4. Infeksi

5. Cacat bawaan atau trauma jalan lahir (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saifuddin, 2009)

2.4.5 Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

2.4.5.1 Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit kehangatan terlalu (>38 ̊C atau terlalu < 36 ̊C ) .

2.4.5.2 Warna kuning ( terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.

2.4.5.3 Pemberian makanan hisapan lemah, mengantuk berlebih, banyak muntah.

2.4.5.4 Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.

2.4.5.5 Infeksi suhu meninggkat, merah, bengkak, keluar cairan ( nanah), bau busuk, pernapasan sulit.

2.4.5.6 Tinja/ kemih tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, ada lender atau darah pada tinja.

2.4.5.7 Aktivitas menggil, atau tangis tidak biasa, sangat muda tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,tidak bisa tenang, menangis terus menerus. (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Saifuddin, 2009)

2.4.6 Pengukuran antropometri pada bayi baru lahir

2.4.6.1 Ukuran tulang kepala bayi aterm :

1) Diameter suboksipito bregmatika

a. Antara foramen magnum ubun-ubun besar

b. Jaraknya 9,5 cm

c. Melalui jalan lahir pada letak belakang kepala

2) Diameter suboksipito frontalis

a. Antara foramen ke pangkal hidung

b. Jaraknya 11 cm

c. Kedudukan fleksi sedang, belakang kepala

3) Diameter fronto oksipitasi

a. Antara titik pangkal hidung kejarak terjauh pada belakang

b. Jaraknya 12 cm

c. Melalui jalan lahir pada letak puncak kepala

4) Diameter mento oksifitalis

a. Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala

b. Jaraknya 13,5 cm

c. Melalui jalan lahir pada letak dahi

5) Diameter submento bregmatika

a. Antara os hyoid ke ubun – ubun besar

b. Jaraknya 9,5 cm

c. Melalui jalan lahir pada letak muka

2.4.6.2 Ukuran lingkar kepala :

a. Sirkum ferensia suboksipito brematikus + 32 cm

b. Sirkum ferensia submento bregmatikus + 32 cm

c. Sirkum ferensia oksipito frontalis + 34cm

d. Sirkum ferensia mento oksipitalis + 35 cm

2.4.6.3 Ukuran Badan :

a. Lebar bahu ( jarak antara kedua akromion) ± 12 cm

b. Lingkaran bahu 34 cm

c. Lebar bokong ( diameter intertrokaterika) ± 12 cm

d. Lingkaran bokong 27 cm. ( Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana, Manuaba, 2010)

2.4.7 Imunisasi

2.4.7.1 Definisi

Perlindungan yang paling ampuh untuk mencegah beberapa penyakit yang berbahaya. Pemberian imunisasi dasar lengkap berguna untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit yang berbahaya

Tabel 2.6 Lima Imunisasi dasar Lengkap ( LIL) untuk bayi usia di bawah 1 tahun

Umur Bayi

Jenis Imunisasi

< 7 hari

Hepatitis B (HB0)

1 Bulan

BCG, Polio 1

2 Bulan

DPT/ HB1, Polio 2

3 Bulan

DPT/ HB2, Polio 3

4 Bulan

DPT/ HB3, Polio 4

9 Bulan

Campak

2.4.7.2 Manfaat Vaksin Imunisasi

2.4.7.2.1 Hepatitis B : Mencegah penularan hepatitis B dan kerusakan hati

2.4.7.2.2 BCG : Mencegah penularan TBC ( Tuberkulosis) yang berat

2.4.7.2.3 Polio : Polio yang dapat menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan lengan

2.4.7.2.4 DPT : Difetri yang menyebabkan penyubatan jalan nafas, batuk rejan (batuk 100 hari), dan tetanus

2.4.7.2.5 Campak : Campak yang dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otak, dan kebutaan. (Brosur Depkes RI Pusat PromKes, 2009)

2.5 Manajemen Kebidanan

2.5.1 Definisi

Manajemen merupakan satu proses pemecahan masalah dalam melaksanakan asuhan, termasuk asuhan kehamilan yang mencerminkan satu metode peraturan atau pengorganisasian antara pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi ibu hamil yang diberi asuhan maupun bidan yang memberikan asuhan. (Asuhan Kebidanan Antenatal, Salmah,2006)

2.5.2 Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Varney

Proses manajemen kebidanan berdasarkan teori dari varney terdiri dari 7 (tujuh) langkah yang berurutan dimana setiap langkah di sempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap dan dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Pengumpulan data dasar

(Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan).

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data serta informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien yang diperlukan untuk mengevakuasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :

1) riwayat kesehatan.

2) pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.

3) meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

4) meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.

Pada langkah I ini, bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap yang dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif serta hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya.

Langkah II : Interpretasi Data Dasar

(Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa masalah serta kebutuhannya).

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Standar nomenklatur diagnosa kebidanan :

1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

2) Berhubungan langsung praktek kebidanan.

3) Memiliki ciri khas kebidanan.

4) Didukung oleh “clinical judgement” lingkup praktik kebidanan.

5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa.

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum terindentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.

Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

(Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya).

Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada langkah ini membutuhkan antisipasi memungkinkan dilakukan pencegahan . Disini bidan sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan anak diharapkan tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar, merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis.

Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Hal ini diwujudkan dalam mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya dan merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi pada langkah ini informasi/data yang tidak lengkap dapat di lengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apa dibutuhkan penyuluhan, konseling atau rujukan.

Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Pada langkah VI ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum aktif. Mengingat bahwa proses manajemen usahan ini merupakan kontinue, maka perlu mengulang dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. (Asuhan Kebidanan Antenatal, Salmah, 2006)

2.5.3 Dokumentasi Asuhan Kebidanan

Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu hamil merupakan bentuk catatan dari hasil asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada ibu hamil, yakni mulai dari trimester 1 sampai dengan trimester 3 yang meliputi pengajian, pembuatan diagnose kebidanan, pengindentifikasian masalah terhadap tindakan segera dan melakukan kolaborasi dengan dokter, atau tenaga kesehatan lain serta menyusun asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya. (Asuhan Kebidanan Antenatal, Salmah, 2006)

Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah Metode SOAP, yang perlu salah satu metode pendokumentasian yang ada, SOAP merupakan singkatan dari :

S = Data subjectif

Berisi data dari pasien melalui anamnesa ( wawancara ) yang merupakan ungkapan langsung.

O = Data objective

Data yang didapat dari pasien dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.

A = Analisa dan interprestasi

Berdasarkan data yang terkumpulkan kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi :

1. Diagnosa / masalah

2. Antisipasi diagnose lain/ masalah potensial

P = Perencanaan

Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, test diagnosa, atau laboratorium, serta konseling untuk tindakan lanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar